Pages

Selasa, 17 Maret 2009

WETLAND DI DESA TUNGKARAN


Prolog :

Sore itu kami semua berkumpul di halaman gedung 5 MIPA. Kami sangat bersemangat untuk pergi ke tempat itu. Setelah lengkap semuanya berkumpul, kami langsung meluncur. Sepanjang jalan kami menerka-nerka, bagaimana ya tempat itu?

Ternyata lokasinya di Kecamatan Martapura, lebih tepatnya Desa Tungkaran. Dan wooww…!


Uraian :

Titik koordinat S: 3° 37’ 22.8” dan E: 114° 42’ 09.2” terletak di Desa Tungkaran, Di sekitarnya terdapat perkampungan warga . Dapat dilihat jelas bahwa daerah tersebut adalah bagian dari wetland (lahan basah).












Lahan basah merupakan ekosistem yang (dynamic ecosystem) didefisinisikan oleh Federal Regulating Agencies sebagai suatu lahan yang memiliki tiga karakter esensial yaitu; hydrophytik vegetation, hydric soil, wetland hydrology yang kesemuanya menjadi tenaga pembentuk (diving force) lahan basah. Lahan basah pada umumnya merupakan ekosistem yang produktif yang mempunyai manfaat penting. Wetland Internasional Indonesia Programme menggolongkan manfaat lahan basah dalam empat golongan : pendukung kehidupan, pengatur tata air, transportasi, dan pariwisata. Namun dari keempat golongan tersebut, manfaat pendukung kehidupan dan pengatur tata air lebih menonjol.


Sebagai pendukung kehidupan lahan basah bermanfaat sebagai :

* habitat flora dan fauna termasuk biota perairan lahan basah

* pendukung kehidupan flora dan fauna lahan basah, baik sebagai sumber pakan maupun sebagai tempat berkembangbiak

* konservasi sumber daya alam hayati lahan basah dan sumber plasma nutfah

* sumber pangan dan energy

* penangkapan Lumpur, racun dan unsur hara

* membentuk tenaga air


Manfaat dalam menata tata air yaitu :

* menerima, menampung dan menyimpan

* mengolah, membagi dan mengalirkan

* mencegah banjir, erosi, intrusdi air laut, kekeringan dan bencana alam

* menjaga kesuburan tanah

* membentuk tenaga air




Di daerah ini lahan basahnya selalu tergenang air, atau biasa disebut rawa. Hampir semua permukaannya tertutupi oleh tumbuhan air. Tumbuhan yang banyak terdapat di daerah ini antara lain ilung atau eceng gondok, purun tikus, ‘kayapu’, teratai kecil, kangkung, pisang, ilalang, jambu biji, dan tumbuhan lainnya. Flora yang ada pun beragam, umumnya serangga-serangga kecil seperti belalang, bekicot, ikan pepuyu, dan sepat siam. Warga sekitar banyak memanfaatkan rawa sebagai sumber pangan, contohnya dengan memancing ikan yang biasanya cukup untuk dimakan sekeluarga. Di pinggir rawa tersebut, warga juga memanfaatkannya sebagai media untuk menanam padi, walaupun lahannya begitu sempit.













Lahan basah di daerah ini sudah banyak dimanfaatkan oleh manusia yang tinggal di sekitarnya. Mulai dari pemanfaatan pinggiran rawa sebagai media menanam padi sampai menjadi tempat penumpukan sampah (walaupun jumlah sampahnya tidak banyak tapi tetap mengganggu lingkungan). Alih fungsi yang demikian dapat menyebabkan daerah wetland yang seharusnya bermanfaat menata air menjadi terkontaminasi oleh sampah-sampah. Air rawa akan tercemar, flora dan fauna yang ada di daerah itu terganggu hidupnya. Daerah ini lahan yang bisa dioptimalkan cukup luas. Dari informasi yang saya dapat, potensi lahan yang mendukung namun belum dimanfaatkan secara optimal. Kalau saja masyrakat sekitar bisa mengoptimalkan maka ada timbal balik yang didapat.


Tidak hanya lahan, tanaman yang tumbuh di rawa ini pun sebenarnya punya manfaat masing-masing. Seperti purun tikus yang mampu menurunkan kadar besi di dalam air dalam bertanam padi. Tanaman eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb. Diperlukan binaan untuk pemanfaatan potensi lahan dengan optimal dan benar.Daun jambu biji dikenal sebagai bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji juga dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah dengue. Dari pengamatan di lapangan, kita sudah bisa melihat beberapa alih fungsi yang terjadi pada rawa di titik koordinat yang dimaksud. Tetapi, kembali lagi pada keseimbangan lingkungan. Jika terjadi eksploitasi yang berlebihan maka masyarakat juga akan mendapat timbal balik yang tidak mengenakkan, seperti banjir baru saja surut.

Terima kasih, semoga ini bermanfaat..!


Wassalam.!


=Dari berbagai sumber=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar